JALAN-JALAN KE KRL SAMBIL MELONGOK SEJENAK BERBAGAI KOLEKSI TANAMAN ENDEMIK PULAU SUMATERA YANG ADA DI KEBUN RAYA LIWA
Sebagai salah satu upaya pemerintah terhadap pelestarian alam terutama tanaman endemik di Lampung Barat khsususnya dan Pulau Sumatera umumnya agar tidak punah tergerus akibat modernisasi, deforestasi serta degradasi lahan sehingga dapat dinikmati anak cucu kita dikemudian hari nanti. Tidak dipungkiri lagi, keberadaan Kebun Raya di Lampung Barat merupakan salah satu upaya yang tepat yang dilakukan pemerintah guna menjawab fenomena yang terjadi agar komitmen segenap pihak atas pelestarian tumbuhan yang ada di Pulau Sumatera dapat diwujudkan secara nyata dan berkesinambungan serta berkelanjutan.
Beberapa waktu lalu, di
penghujung tahun 2017 silam telah di-launching Kebun Raya Liwa (KRL) pada tanggal
5 Desember 2017. Merupakan kado terindah bagi masyarakat Lampung Barat di era kepemimpinan
tahun terakhir Bapak Bupati Lampung Barat, Drs. Mukhlis Basri, MM dan Wakil
Bupati Lampung Barat, Drs. Makmur Azhari atas peluncuran KRL yang merupakan
kebanggaan masyarakat Lampung Barat khususnya dan Provinsi Lampung umumnya, dan
KRL resmi menjadi pusat konservasi tumbuhan (center for plant conservation botanical gardens) sebagai tempat konservasi keanekaragaman hayati dan penyelamatan
kekayaan flora endemik yang ada di Kabupaten Lampung Barat yang juga merupakan salah
satu kabupaten konservasi.
Seiring dari tekanan yang tinggi terhadap ekosistem dan kawasan
konservasi in situ menuntut dilakukannya pembangunan kawasan-kawasan konservasi
ex situ yang baru. Salah satu bentuk konservasi tumbuhan secara ex situ adalah
kebun raya ini. Kebun raya tidak hanya memiliki fungsi konservasi (conservation) saja, tetapi
juga melakukan fungsi penelitian (research), pendidikan (education), wisata dan jasa lingkungan (recreation and ecotourism). Tumbuhan
atau tanaman endemik itu sendiri merupakan tumbuhan asli yang hanya bisa
ditemukan di sebuah wilayah geografis tertentu dan tidak ditemukan di wilayah
lainnya.
Sebagaimana
dilansir pada laman website resmi LIPI (Lembaga Penelitian Indonesia) Bidang
Pengembangan Kawasan Konservasi Tumbuhan Ex Situ Pusat Konservasi
Tumbuhan Kebun Raya diketahui Kebun Raya Liwa (KRL) terletak di Desa Pekon
Kubu Perahu, Kec. Balik Bukit, Liwa - Kabupaten Lampung Barat, memiliki luas
lahan mencapai 86 ha dengan tema “Tanaman Hias Indonesia.” Sejak tahun 2007 pengelolaan
Kebun Raya Liwa diserahkan kepada Dinas kehutanan sampai dengan 2016. Pada
tanggal 3 Januari 2017, UPT Pengelola Kebun Raya Liwa diserahkan kepada Badan
Litbang Kabupaten Lampung Barat.
Kebun
Raya Liwa terletak pada ketinggian 800-900 m dpl dengan tapak bergelombang
serta kemiringan lereng cukup terjal. Saat ini Kebun Raya Liwa telah memiliki
area koleksi tanaman yang ditanam di Vak I, Vak II, Vak III, dan Vak IV
ditambah area baru yaitu Vak V dan Vak VI yang baru saja dibuka. Selain itu
Kebun Raya Liwa juga memiliki taman seperti Taman Araceae, Taman Obat Mini,
Taman Rumput Bali, dan Taman Hias. Kebun Raya Liwa juga memiliki koleksi
Anggrek dan pembibitan yang terdapat di dalam Rumah Paranet, serta memiliki fasilitas
penunjang berupa kantor. (sumber : portal resmi LIPI yang beralamat di
http://kebunrayadaerah.krbogor.lipi.go.id/kebun-raya-liwa).
KEBUN RAYA LIWA MULAI DIBUKA UNTUK UMUM
Kebun
Raya Liwa merupakan salah satu dari beberapa kebun raya yang dikelola pemerintah daerah dalam hal ini
Balitbangda Kabupaten Lampung Barat, pasca launching beberapa waktu lalu sudah
dapat dikunjungi meskipun semua sarana prasarana di areal KRL belum rampung
pembangunannya. Hal ini pernah ditegaskan oleh Kepala Balitbang Kabupaten
Lampung Barat dihadapan para peserta apel yang terdiri dari staf THLS, ASN dan
seluruh pejabat struktural yang hadir dalam kesempatan mengambil apel pagi pada hari Senin, tanggal 11 Desember 2017 tahun lalu di Lapangan Upacara Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Barat.

Dalam kesempatan itu Beliau menyampaikan bahwa Kebun Raya Liwa dapat dikunjungi oleh masyarakat umum (terbuka untuk umum) meskipun sarana dan prasarana masih dalam proses pengerjaan pasalnya belum semuanya rampung dikarenakan pembangunan semua fasilitas pendukung dalam kawasan KRL ini ditargetkan akan selesai dan lengkap pada akhir tahun 2019 yang akan datang.
Meskipun baru dilaunching Kebun Raya Liwa, keberadaan Kebun Raya Liwa dapat
menjadi salah satu destinasi wisata favorit bagi masyarakat Lampung Barat dan
Provinsi Lampung umumnya, dimana KRL ini dapat diintegrasikan dengan
Taman Kota Hamtebiu yang merupakan paru-paru kota Liwa karena berada di jantung Kota Liwa, tidak
jauh dari lokasi KRL tepatnya di sisi utara kebun raya sehingga setidaknya bisa
mendukung perekonomian masyarakat sekitar agar dapat tumbuh menggeliat dengan terciptanya lapangan kerja baru.
Sebagai salah satu wisata edukasi, pada tahun ini KRL telah dibangun dan dilengkapi berbagai fasilitas penunjang lainnya termasuk taman tematik, tanaman hias, kantor dan serta koleksi tanaman lainnya dan pada tahun 2019 diperkirakan pembangunan sarana prasarana di areal KRL ditargetkan rampung dan lengkap guna mempercantik taman di areal KRL tersebut.
KRL DI WAKTU SENJA
Sore itu langit di KRL terbilang mendung karena baru saja
diguyur hujan siang harinya, cuaca dingin masih terasa berbarengan dengan
hembusan serta terpaan angin yang terbilang kencang mungkin karena letak geografisnya diatas
bukit yang berada di ketinggian sekitar 800 hingga 900 meter diatas permukaan
laut (mdpl) yang menyebabkan temperatur disana cukup dingin lantaran hembusan angin
cukup kencang dibandingkan dengan daerah yang berada di bawahnya.
Cuaca sore saat
itu berkabut dari kejauhan bukit barisan yang berwarna hijau tampak samar-samar
terlihat tak begitu jelas karena diselimuti oleh kabut tebal berwarna putih bersih
sehingga mengganggu jarak pandang mata memandang. Lain halnya bila cuaca cerah
pemandangan Bukit Barisan nan hijau yang dipenuhi pepohonan tampak jelas karena
jaraknya sangat dekat dari kawasan KRL.
Semakin sore kabut semakin tebal tampak seperti asap putih
mengepul berjalan perlahan, sedikit demi sedikit bergerak mendekati kawasan areal
di KRL, perlahan namun pasti kabut berangsur-angsur memenuhi jengkal demi jengkal
sebagian besar kawasan KRL. Cuaca sejuk bercampur dingin serasa menembus tulang
meskipun jaket yang aku kenakan terbilang tebal namun cukup membantu mengusir hawa
dingin, walau sejatinya masih saja tetap terasa. Setidaknya bila kesana di sore
hari direkomendasikan untuk mengenakan jaket sebagai penghangat badan. Kondisi ini sebenarnya merupakan
hal yang umum dan lumrah dan kerap kali terjadi disana dan merupakan kondisi umum
KRL menjelang senja.
Pantauan di lapangan terpantau pengunjung pada sore hari terlihat
ramai lebih-lebih bila hari tidak hujan. Demikian halnya juga pada akhir pekan
Sabtu dan Minggu dan hari libur nasional lainnya, puncak kunjungan teramai
tercatat pada libur tahun baru 2018 kemarin, banyak pengunjung menghabiskan
waktunya mengisi liburan baik tua-muda, maupun remaja dengan melakukan melakukan
swa foto (selfie) yang sangat digandrungi anak-anak muda maupun orang tua zaman old and now sambil
menikmati pemandangan alam di sekitar KRL.
Terbukti pada libur tahun baru 2018 kemarin
merupakan kunjungan teramai yang terjadi di KRL pasalnya pengunjung membludak
tumpah ruah dibandingkan dengan hari-hari biasa. Moment tahun baru kemarin
merupakan puncaknya kunjungan tertinggi di KRL, ternyata selain ke pantai
banyak pengunjung menghabiskan waktu tahun baruan di KRL, walaupun petugas KRL tidak menyiapkan event khusus namun pengunjung tetap ramai. Pantauan di lokasi terlihat
tidak ada persiapan khusus menyambut tahun baru kemarin karena pemda
setempat memusatkan perayaan di Danau Asam, Kecamatan Suoh sehingga di KRL
khususnya dan Liwa umumnya tidak dipersiapkan untuk event tahunan tersebut.
Nampaknya KRL tidak menggelar acara khusus hanya terdapat beberapa salon-salon berikut
sound sytem yang dipajang dengan ditata dan disusun bertingkat di depan
pelataran halaman gedung KRL yang cukup luas, dengan beberapa lagu-lagu yang
diputar walau terkesan sederhana namun tidak mengurangi kemeriahan bahkan menarik
perhatian pengunjung menikmati dan menghabiskan waktu liburan di kawasan KRL. Ditambah
lagi di lokasi KRL pengunjung bisa masuk ke dalam lokasi tanpa dipungut biaya alias gratis sehingga
bisa sepuasnya melakukan kegiatan-kegiatan positif sembari melihat-lihat koleksi tanaman karena
letaknya berada di dataran tinggi sehingga sangat cocok sekali untuk
beristirahat dan bersantai ria menghirup udara segar serta yang tidak kalah penting adalah mentaburi maha karya alam ciptaan Allah SWT.
Mayoritas pengunjung berasal dari Kecamatan Balik Bukit dan sekitarnya namun
dari luar Lampung Barat dan dari kabupaten tetangga pun banyak yang
berdatangan bahkan dari Bandar Lampung juga ada. Sebut saja Tomi (22 tahun) bersama teman-temannya,
mahasiswa semester akhir salah satu perguruan tinggi negeri (PTN) di Lampung,
“Saya dengan teman-teman dari Karang kebetulan ada keperluan di Liwa, jadi
sekalian aja kami liat-liat KRL,” akunya singkat yang diamini rekan-rekannya. Kebanyakan
pengunjung rata-rata beralasan sama, mereka penasaran dengan keberadaan KRL yang sering mereka
liat dan dengar melalui medsos sebagai salah satu tempat favorit baru di
Lampung Barat untuk berswa foto, kongkow-kongkow bersama teman di lokasi dan kegiatan lainnya.Terlihat kendaraan baik roda 2 dan bahkan roda 4 parkir di
tempat yang telah disediakan secara gratis buat pengunjung, mulai dari plat BE
hingga BG mendominasi serta plat nopol (nomor polisi) yang berasal dari penjuru
kabupaten lain luar Provinsi Lampung terlihat ikut meramaikan kawasan KRL.
Comments
Post a Comment
Silahkan memberikan komentar Anda disini namun seyogyanya masih dalam batas-batas etika dan norma-norma serta kaidah hukum yang berlaku. Dan sepatutnya juga tidak menyinggung pihak-pihak lain atau komentar yang berbau sara (suku, agama dan ras) dan penghinaan terhadap karakter serta nama baik seseorang. Thanks for visiting our blogs. Please comeback anytime you want. We always welcome you with arms wide open. Penulisrega